Thursday, October 4, 2012

Sriwijaya FC Siapkan Pelatih Asing Untuk Tim U-21

IP is over the quota
Sriwijaya FC (GOAL.com/Antara) Sriwijaya FC tidak main-main menyiapkan tim untuk menghadapi kompetisi Indonesia Super League (ISL) U-21. Selain mencari pemain terbaik melalui seleksi ketat dan menggembleng pemain dalam pemusatan latihan, Sriwijaya FC juga membidik pelatih asing untuk menukangi Sriwijaya FC  U-21.

Direktur teknik dan Sumber Daya Manusia (SDM) PT SOM Hendri Zainuddin mengatakan, target tinggi diusung manajemen Sriwijaya FC menghadapi kompetisi ISL U-21, yaitu meraih juara. Semua gelar di level senior sudah diraih, karena itu kini saatnya Sriwijaya FC U-21 yang akan merajai kompetisi ISL U-21.


“Target kita musim depan, selain meraih juara ISL, juga meraih juara ISL -21, karena itu kita akan siapkan pemain-pemain terbaik melalui seleksi ketat. Selain itu para pemain yang disaring dalam seleksi ketat ini akan menjalani pemusatan latihan.  Kita juga sedang pertimbangkan menggunakan pelatih asing. Ini semua kita lakukan demi meraih juara ISL -21,” kata Hendri Zainuddin kepada GOAL.com Indonesia, Jumat (17/8).

Dikatakan Hendri, para pemain yang tergabung di skuat Sriwijaya FC U-21 ini nanti akan diproyeksikan memperkuat tim senior pada kompetisi beberapa tahun ke depan.

“Jadi kita tidak perlu mencari pemain lagi untuk mengisi skuat tim senior, karena pemain untuk tim senior kedapannya bisa diambil dari Sriwijaya FC U-21,” ujar Hendri.

Saat ini, pihak Sriwijaya FC  sedang mencari siapa pelatih asing yang tepat untuk menukangi Sriwijaya FC U-21 menghadapi kompetisi musim depan. Hendri mengatakan untuk level senior, semua gelar sudah dirasakan oleh Sriwijaya FC, mulai dari double winners juara Liga Indonesia  dan Piala Indonesia, Juara Inter Island Cup, juara Community Shield, tim Fair Play, Juara ISL dan Juara Perang Bintang.

“Kini saatnya kita sempurnakan gelar juara dengan merebut juara ISL U-21 musim depan,” kata Hendri.

Sementara itu untuk level senior, Sriwijaya FC menatap kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim kompetisi 2012/13 dengan menyiapkan skuat terbaik. Sebanyak 25 pemain sampai 30 pemain akan mengisi skuat tim asal Sumatera Selatan ini.

Hendri mengatakan, kebutuhan pemain untuk musim depan sekitar 25 sampai 30 pemain. Jumlah pemain ini sebagai antisipasi jika Sriwijaya FC tampil di tiga kompetisi sekaligus yaitu Liga Indonesia, Piala Indonesia serta Liga Champions Asia.

“Musim lalu kita hanya bermain di ISL, jadi kebutuhan pemain tidak terlalu banyak, jika dibandingkan dengan bermain di tiga ajang sekaligus. Untuk musim depan sebagai juara ISL, kita berkesempatan tampil di LCA dan juga bermain di Piala Indonesia, jadi kebutuhan pemain bisa antara 25 sampai 30 pemain,” ujar Hendri.

Dikatakan Hendri, untuk tampil di tiga ajang sekaligus, setidaknya Sriwijaya FC harus memiliki dua tim yaitu tim inti serta tim cadangan. Karena jika kompetisi yang diikuti jaraknya berdekatan, maka Sriwijaya FC tidak akan kelabakan dalam menentukan pemain.

“Kita lihat saja nanti, apakah akan bermain di LCA atau hanya tampil di liga domestik, tapi yang jelas, kita akan menyiapkan skuat yang berisi 25 sampai 30 pemain,” kata Hendri. (gk-42)

Ikuti perkembangan terkini sepakbola nasional di GOAL.com Indonesia. Dapatkan semua berita sepakbola Indonesia serta informasi terbaru timnas, klub-klub IPL, ISL, dan Divisi Utama, dengan jadwal, hasil, dan klasemen semua kompetisi di Indonesia.

if (typeof hideMashLogic == 'undefined' || (!hideMashLogic)){ document.write(''); document.write(''); }

Wednesday, October 3, 2012

FOKUS: Tanda Tanya Kemerdekaan Sepakbola Indonesia

IP is over the quota
Indonesia fans Bangsa Indonesia menghadapi dua hari penuh makna yang saling berdekatan pada Agustus ini, peringatan kemerdekaan RI pada 17 Agustus, dan hari raya Idul Fitri akhir pekan ini.

Ketika berperang melawan penjajah 67 tahun lalu, seluruh bangsa Indonesia berjuang hingga rela mengorbankan nyawa mereka untuk mendapatkan kemerdekaan. Berawal dari kemerdekaan itu, Indonesia mempunyai impian untuk menjadi bangsa yang besar di masa mendatang.


Sedangkan bagi kaum muslim, Idul Fitri diartikan sebagai kemenangan. Idul Fitri pun mempunyai arti kembali ke fitrah, di mana manusia diibaratkan terlahir kembali seperti bayi tanpa mempunyai dosa dan salah.

Tapi apa yang terjadi di sepakbola Indonesia, terutama induk organisasinya yang bernama PSSI? Sama sekali jauh dari cita-cita kemerdekaan, dan bahkan sama sekali jauh dari kembali ke fitrah. Kisruh sepanjang dua tahun terakhir pun makin suram. Pertikaian antarkelompok terus meruncing.

Ketika Djohar Arifin Husein terpilih sebagai ketua umum periode 2011-2015, secercah harapan untuk membawa sepakbola Indonesia menuju ke arah lebih baik sempat membumbung. Namun dalam perjalanannya, harapan itu justru tak pernah terwujud, setidaknya dalam satu tahun terakhir.

Sejumlah aturan organisasi banyak yang ditabrak kepengurusan Djohar dengan berbagai alasan yang tak logis. Akibatnya, muncul pemberontakan dari para anggota, sehingga memunculkan kompetisi tandingan Indonesia Super League (ISL) yang menyaingi Indonesian Premier League (IPL).

Bukan itu saja, pemberontakan itu membuat sebagian besar anggota membentuk komite penyelamat sepakbola Indonesia (KPSI) yang berujung menggelar kongres luar biasa (KLB) di Ancol, Jakarta, pada Maret lalu untuk menggulingkan kepengurusan Djohar, dan ketua Pengprov PSSI Jatim La Nyalla Mattalitti terpilih sebagai ketua umum.

Kubu Djohar bersikeras menyatakan mereka sebagai PSSI yang sah, karena diakui FIFA dan konfederasi sepakbola Asia (AFC). Sedangkan kubu La Nyalla juga mengklaim mereka sebagai organisasi sah, dan diakui 400-an anggota sebagai pihak yang terlibat langsung di persepakbolaan nasional.

Peperangan makin memanas, baik secara terbuka maupun terselubung. Bila diperhatikan, terutama di dunia maya, sejak kisruh sepakbola nasional makin memanas, banyak bermunculan akun-akun baru yang sangat paham dengan dapur induk organisasi sepakbola.

Bahkan tak jarang surat-surat penting organisasi pun sudah jatuh ke tangan pemilik akun-akun tersebut, sebelum orang yang terlibat langsung organisasi mendapatkannya. Para pemilik akun ini kemudian menuangkannya dalam tulisan mengenai opini mereka, sehingga makin memperkeruh suasana.

Di tengah kondisi yang makin karut marut ini, muncul komite gabungan (Joint Committee) yang dibentuk taskforce AFC melalui memorandum of understanding (MoU) di antara kedua belah pihak yang bertikai.

Namun sulit bagi JC untuk bekerja memperbaiki sepakbola nasional. Sebab, JC berisikan wakil-wakil dari kedua belah pihak yang bertikai. Otomatis perwakilan masing-masing kubu bakal menuruti apa yang diarahkan kelompoknya, sehingga perbedaan akan terus berlanjut.

Kita tentunya belum lupa bagaimana kondisi komite normalisasi mennjalankan tugasnya. Ketika komite normalisasi dibentuk tahun lalu, berbagai kesulitan dan jalan terjal dihadapi lembaga yang menjadi kepanjangan tangan langsung FIFA tersebut, serta memiliki kekuasaan lebih besar dibandingkan JC.

Jika permasalahan sepakbola ingin selesai, mereka yang berada di JC harus melupakan asal, atau mencopot identitas sebagai wakil kelompok, serta mengabaikan 'petunjuk' dari masing-masing kubu. Tempatkan JC berada di posisi tertinggi dengan satu tujuan bersih, memperbaiki sepakbola nasional.

Bila itu tidak dilakukan, sepertinya harapan untuk melihat sepakbola Indonesia ke arah lebih baik sulit terealisasi. Masa kegelapan pun makin mendekat ke cabang olahraga paling populer di tanah air ini.

if (typeof hideMashLogic == 'undefined' || (!hideMashLogic)){ document.write(''); document.write(''); }

Kenaikan Uang Harian Timnas Masih Sebatas Ide

IP is over the quota
Tim Nasional Indonesia (WSG/affsuzukicup.com) Kenaikan uang harian pemain-pemain tim nasional Indonesia di bawah PSSI pimpinan Djohar Arifin Husein dari Rp500 ribu menjadi Rp1 juta ternyata masih belum pasti.

Seperti yang diketahui, manajer timnas Habil Marati sebelumnya mengatakan bahwa dirinya akan lebih memperhatikan kesejahteraan pemain dengan menaikkan uang harian tim. Namun, ia membantah hal tersebut sudah dapat terealisasi.


“Itu bukan janji,tapi masih sebatas ide yang akan disampaikan kepada manajemen timnas dan juga PSSI.Kami tentu bisa saja memberikan pendapat demi kebaikan timnas, tapi kembali lagi apakah PSSI akan memberikan persetujuan atas ide yang kita berikan,”ungkap Habil seperti yang dilansir Sindo.

Habil mengakui ide tersebut ia cetuskan agar para pemain-pemain terutama dari kompetisi Indonesia Super League (ISL) kembali bersemangat bergabung dengan timnas.

“Ide yang saya sampaikan itu tentu awalnya ingin memberikan keyakinan kepada pemain-pemain tersebut, terutama agar mereka bisa kembali lagi ke dalam pelatihan timnas.Jika mereka-mereka bisa bergabung, saya yakin timnas akan lebih solid,” ujarnya.

“Tapi saya tegaskan kembali,soal rencana uang saku Rp1 juta per hari baru sebatas ide yang akan saya sampaikan kepada PSSI sebagai otoritas sepak bola tertinggi. Semoga saja apa yang saya sampaikan itu bisa mendapatkan respons positif dari PSSI,” pungkasnya.

if (typeof hideMashLogic == 'undefined' || (!hideMashLogic)){ document.write(''); document.write(''); }